Rabu, 30 Maret 2016

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN OSTEOPOROSIS




BAB I

PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG

              Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan yang terjadi pada  semua orang pada saat mereka mencapai tahap pengembangan kronologis tertentu ( mikckey stanley, 2012  )
Proses penuaan pada setiap orang akan diikuti dengan penuaan dari setiap sistem sistem tubuh, seperti sistem sensori ,integumen , muskuloskeletal dan lain lain.
                Penuaan pada sistem ini akan mengakibatkan penurunan dari fungsi setiap sistem ini, begitu juga dengan sistem muskuluskeletal. Pada sistem muskuluskeletal tulang akan mengalami osteoporosis.
Osteoporosis adalah keleinan metabolic tulang dimana terdapat terdapat penurunan masa tulang tanpa disertai pada matriks tulang. ( chairuddin Rasjad )
Hilangnya subtansi tulang menyebabkan tulang menjadi lemah secara mekanis dan cenderung untuk mengalami fraktur, baik fraktur spontan maupun akibat trauma minimal.
Untuk mengetahui lebih jauh mengenai osteoporosis dan asuhan keperawatan pada lansia dengan osteoporosis maka masalah osteoporosis dan asuhan keperawatannya akan dibahas lebih lanjut pada makalah ini.

1.2  TUJUAN
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai masalah osteoporosis dan asuhan keperawatan yang ditegakkan pada lansia dengan masalah osteoporosis.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA ( MEDIS )

A.    DEFINISI
Osteoporosis adalah kelainan metabolic tulang dimana terdapat penurunan masa tulang tanpa disertai pada matriks tulang. ( chairuddin Rasjad )

B.     ETIOLOGI
Osteoporosis ( sekunder dan fraktur osteoporotic ) disebabkan oleh glukokortikoid yang menganggu absorbs kalsium diusus dan peningkatan ekstraksi kalsium lewat ginjal sehingga akan menyebabkan hipokalsemia, hiperparatiroidisme sekunder dan peningkatan kerja osteoklas. Terhadap osteoblas glukokortikoid akan menghambat kerjanya, sehingga formasi tulang menurun. Dengan adanya peningkatan resorbsi tulang oleh osteoklas dan penurunan formasi tulang oleh osteoblas, maka akan terjadi osteoporosis yang progresif . ( Sudoyo Aru )
Faktor faktor resiko terjadinya osteoporosis adalah :
1.      Umur, sering terjadi pada usia lanjut
2.      Ras, kulit putih mempunyai resiko paling tinggi
3.      Faktor keturunan, ditemukan riwayat keluarga dengan koropos tulang
4.      Adanya kerangka tubuh yang lemahdan skoliosis vertebra. Terutama terjadi pada wanita umur 50 sampai 60 tahun dengan densitas tulang yang rendah dan diatas umur 70 tahun dengan BMI yang rendah. (BMI= Mody Mass Index yaitu berat badan dibagi kuadrattinggi badan)
5.      Aktifitas fisik yang kurang
6.      Tidak pernah melahirkan
7.      Menopause dini (menopause yang terjadi pada umur 46thn)
8.      Gizi (kekurangan protein dan kalsium dalam masa kanak- kanak dan remaja )
9.      Hormonal yaitu kadar istirogen plasma yang kurang
10.  Obat misalnya kortikosteroid
11.  Kerusakan tulang akibat kelelahan fisik
12.  Jenis kelamin ; tiga kali lebih sering terjadi pada wanita

C.     KLASIFIKASI OSTEOPOROSIS
1.      Osteoporosis primer
Osteoporosis primer terbagi atas dua tipe, yaitu :
-          Tipe 1 : tipe yang timbul pada wanita pasca menopouse
-          Tipe 2 : terjadi pada orang lanjut usia baik pada pria maupun wanita
2.      Osteoporosis sekunder
Osteoporosis sekunder disebabkan oleh penyakit - penyakit tulang erosif (misalnya myeloma multiple, hipertiroidisme, hiperparatiroidisme ) dan akibat obat – obatan yang toksik untuk tulang ( misalnya glukokortikoid )
3.      Osteoporosis idiopatik
Osteoporosis yang tidak diketahui penyebabnya dan ditemukan pada :
-          Usia kanak-kanak ( juvenil)
-          Usia remaja ( adolesen )
-          Wanita pra menopouse
-          Pria usia pertengahan

D.    MANIFESTASI KLINIK
1.      Manifestasi umum : penurunan tinggi badan, lordosis, nyeri pada tulang, atau fraktur, biasanya pada vertebra, pinggul atau lengan bagian bawah.
2.      Nyeri tulang : terutama pada tulang belakang yang intensitas serangannya meningkat pada malam hari.
3.      Deformitas tulang : dapat terjadi fraktur traumatic pada vertebra dan menyebabkan kifosis anguler yang dapat menyebabkan medulla spinalis tertekan sehingga dapat terjadi paraparesis.
4.      Nyeri fraktur akut dapat diatasi dalam 2 hingga 3 bulan. Nyeri fraktur kronis dimanifestasikan sebagai rasa nyeri yang dalam dan dekat dengan tempat patahan.
5.      ( Tanda McConkey ) didapatkan protuberansia abdomen, spasme otot paravertebra dan kulit yang tipis.

E.     PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.      Foto rontgen polos
2.      CT-Scan : dapat mengukur densitas tulang secara kuantitatif yang mempunyai nilai penting dalam diagnostik dan terapi follow up.
3.      Pemeriksaan DEXA : digunakan untuk mengukur densitas tulang dan menghitung derajat osteopenia ( kehilangan tulang ringan-sedang ) atau osteoporosis ( kehilanga tulang berat )
4.      Pemeriksaan laboratorium
-          Kadar Ca, P, Fosfatase alkali tidak menunjukkan kelainan yang nyata
-          Kadar HPT ( pada pasca menoupouse kadar HPT meningkat ) dan Ct (terapi ekstrogen merangsang pembentukan Ct )
-          Kadar 1,25- (OH) 2-D3 absorbsi Ca menurun
-          Eksresi fosfat dan hidroksipolin terganggu sehingga meningkat kadarnya.

F.      PENATALAKSANAAN
The National Osteoporosis Guideline Group (NOGG) telah memperbaharui Guideline 2009 pada hal penegakan diagnosis dan tata laksana osteoporosis wanita pos menoupouse dan pria usia sekurang kurangnya 50 tahun di inggris. Sejak tahun 2009 telah terjadi banyak pembaharuan dilapangan terutama dalam tata laksana osteoporosis yang diinduksi glukokortikoid, lalu peran kalsium dan vitamin D serta keuntungan dan resiko terapi bisphosphonate, seperti yang dikatakan oleh J Compston, MD dari the university of Cambridge School of Clinical Medicine, united Kingdom, dan kolega dari the NOGG.
Beberapa hal yang disorot dalam guideline NOGG 2013 :
1.      Terapi farmakologi yang dapat menurunkan resiko terjadinya fraktur vertebra ( dan beberapa kasus fraktur tulang panggul ) seperti bisphosphonate, denosumab, rekombinan hormon parathyroid, raloxifene, dan strontium ranelate. Pada NOGG 2009, terapi yang diakui untuk kasus fraktur vertebra non vertebradan fraktur tulang panggul hanya alendronate, risedronate, zoledronate dan terapi sulihhormon.
2.      Alendronate generik direkomendasikan sebagai terapi dini pertama karena kerja spektrum luasnya sebagai agen antifraktur dengan harga terjangkau.
3.      Ibandronate, risedronate, zoledronic acid, denosumab, raloxifene atau strontium renelate digunakan sebagai terapi pilihan jika alendronate dikontraindikasikan atau tidak dapat ditoleransi dengan baik oleh pasien.
4.      Karena harga yang mahal, maka rekombinan hormon parathyroid hanya diberikan pada pasien dengan risiko sangat tinggi fraktur terutama pada vertebra.
5.      Wanita postmenoupause dapat mendapatkan manfaat dari calcitriol, etidronate, risedronate, zoledronate, atau teriparatide.
6.      Terapi untuk pria dengan resiko tinggi terjadi fraktur harus dimulai dengan alendronate,risedronate,zoledronate,atau teriparatide.
7.      Bagi  post menopause, terapi yang diakui untuk pencegahan dan pengobatan osteoporosis akibat glukokortikoid yaitu alendronate,etidronate dan risedronate,sementara itu terapi pilihan yang diakui baik untuk wanita dan juga pria adalah teriparatide dan zoledronate.
8.      Suplemen calcium dan vitamin D secara luas direkomendasikan.
G. Masalah yang lazim muncul
1.      Nyeri akut berhubungan dengan fraktur dan spasme otot
2.      Defisit perawatan diri b/d gangguan musculoskeletal
3.      Hambatan mobilitas fisik b/d gangguan muskuloskeletal, penurunan kekuatan otot
4.      Defisiensi pengetahuan b/d proses osteoporosis dan program terapi
5.      Ansietas b/d perubahan dalam status kesehatan (osteoporosis)
6.      Resiko  jatuh b/d penurunan aktifitas dan kekuatan otot
H. Discharge Planning
1.      Berolahraga secara teratur
2.      Pertahankan BB yang sehat dan gaya hidup yang aktif
3.      Makan makanan yang kaya akan kalsium seperti susu, keju, yoghurt, sardine, salmon,kerang, tahu, brokoli, kembang tahu, dan sayuran berwarna hijau.
4.      Hindari defisiensi vitamin D
5.      Jaga asupan kalsium1000 -1500 mg/hari, baik melalui makanan sehari-hari maupun suplementasi
6.      Makan suplemen yang mengandung kalsium tetapi tidak boleh bersamaan dengan makanan yang berserat tinggi atau laksatif pembentuk massa karna dapat mengurangi absorbsi kalsium
7.      Berhenti merokok, mengurangi konsumsi kopi, garam, atau minum yang beralkohol.
8.      Kenali berbagai penyakit dan obat-obatan yang dapat menimbulkan osteoporosis.
9.      Hindari mengangkat barangg-barang yang berat pada penderita yang sudah pasti osteoposis
10.  Hindari berbagai hal yang dapat menyebabkan penderita jatuh.
11.  Menjemur pada pagi hari 5-30 menit 2x seminggu

  BAB III
Asuhan Keperawatan pada Osteoporosis

1.      Pengkajian
Promosi kesehatan, identifikasi individu dengan resiko mengalami osteoporosis, dan penemuan masalah yang berhubungan dengan osteoporosis membentuk dasar bagi pengkajian keperawatan. Wawancara meliputu pertanyaan mengenai terjadinya osteoporosis dalam keluarga, fraktur sebelumnya, konsumsi kalsium diet harian, pola latihan, awitan menopause, dan penggunaan kortikosteroid selain asupan alcohol, rokok dan kafein. Setiap gejala yang dialami pasien, seperti nyeri pingggang, konstipasi atau gangguan citra diri, harus digali.
Pemeriksaan fisik kadang menemukan adanya patah tulang, kifosis vertebra torakalis atau pemendekan tinggi badan. Masalah mobilitas dan pernafasan  dapat terjadi akibat perubahan postur dan kelemahan otot. Konstipasi dapat terjadi akibat inaktifitas.
2.      Diagnosa Yang Dapat Muncul
1.      Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi
2.      Nyeri b.d spasme otot, fraktur
3.      Konstipasi b.d imobilitas atau terjadi ileus
4.      Resiko terhadap cidera : farktur b.d osteoporosis
3.      Intervensi
1.      Memahami Osteoporosis Dan Program Tindakan 
Pengajaran kepada kelayan dipusatkan pada factor yang mempengaruhi terjadinya osteoporosis, intervensi untuk menghentikan atau memperlambat proses, dan upaya mengurangi gejala. Diet atau suplemen kalsium yang memadai, latihan pembebaban berat badan teratur, dan memodifikasi gaya hidup, bila perlu. Latihan dan aktifitas fisik merupakan kunci utama untuk menumbuhkan tulang dengan kepadatan tinggi yang tahan terhadap terjadinya osteoporosis. Ditekankan pada lansia harus tetap membutuhkan kalsium, vitamin D, sinar matahari, dan latihan yang memadai untuk meminimalkan efek osteoporosis
2.      Meredakan Nyeri
Peradaan nyeri pinggang dapat dilakukan dengan istirahat di tempat tidur dengan posisi telentang atau miring kesamping selama beberapa hari. Fleksi lutut dapat meningkatkan rasa nyaman dengan merelaksasi otot. Kompres panas intermiten dan pijatan punggung memperbaiki relaksasi otot.
3.      Memperbaiki pengosongan usus
Konstipasi merupakan masalah yang berkaitan dengan imobilitas, pengobatan dan lansia. Pemberian awal diit tinggi serat, tambahan cairan, dan penggunaan pelunak tinja sesuai ketentuan dapat membantu meminimalkan konstipasi.
4.      Mencegah cidera
Aktifitas fisik sangat penting untuk memperkuat otot, mencegah atrofi dan memperlambat demineralisasi tulang progresif. Latihan isometric dapat digunakan untuk memperkuat otot batang tubuh.


BAB III
CONTOH KASUS
PENGKAJIAN
Hari                : Rabu                                                    
Pukul              : 09.00 WIB
Tanggal          : 17 April 2013                                 
Oleh                : Kelompok
A.    Data Subjektif
1.    Biodata
Nama               : Ny “E”
Umur               : 45 tahun
Agama             : Islam
Suku/ Bangsa   : Batak/ Indonesia
Pendidikan       : SMA
Pekerjaan         : Ibu Rumah Tangga
Alamat             : Jl. Kapiten purba No.6.Simalingkar
2.    Alasan kunjungan
Ibu datang karena ingin memeriksakan kesehatanya
3.    Keluhan utama
Ibu mengeluh akhir- akhir ini dirinya sering merasakan nyeri sendi, sakit pada punggung, sulit menahan kencing, rasa panas dan sulit tidur dan dirinya menyatakan bahwa sudah tidak mendapatkan haid sejak tiga bulan yang lalu.
4.    Riwayat haid
Menarche              : 13 tahun
Siklus                    : 28 hari
Lama                     : 4 hari
Banyak                  : 3x ganti pembalut
Dismenorhoe         : ya
B.     Data Objektif
1.      Status emosional                     : Baik
2.      Tanda tanda vital
                                                              i.      Tekanan darah             : 130/80 mmHg
                                                            ii.      Suhu                            : 37,50C
                                                          iii.      Nadi                            : 80x/m
                                                          iv.      Respirasi                      : 18x/m
                                                            v.      BB                               : 56kg
                                                          vi.      TB                                : 160cm
3.      Pemeriksaan fisik
                                            i.         Inspeksi
·         Kepala : tidak Nampak adanya benjolan abnormal, rambut hitam dan lurus tidak Nampak ada ketombe
·         Leher : tidak nampak adanya pembesaran tyroid, kelenjar limfe, dan vena jugularis
·         Muka : nampak kerut kerut tipis, tidak nampak odeme
·         Mata : skelera tidak nampak ikterus, konjungtiva tidak pucat
·         Hidung : tidak nampak pernafasan cuping hidug dan tidak terlihat ada polif
·         Mulut : gigi tidak ada cariaes, dan bagian gigi belakang berlubang
·         Bibir: tidak nampak pucat
·         Telinga: nampak simetris, tidak Nampak adanya keluar  cairan abnormal
·         Dada: tidak nampak benjolan abnormal
·         Payudara: tidak nampak adanya benjolan abnormal
·         Tulang belakang: lordosis
·         Ekstremitas: tidak nampak adanya odeme dan varises
                                          ii.         Palpasi
Leher               : tidak teraba adanya benjolan abnormal
Dada               : tidak teraba adanya benjolan abnormal
Payudara         : tidak teraba adanya benjolan abnormal
Ekstremitas     : tidak ada odeme
                                        iii.         Auskultasi
Jantung                        : bunyi mur mur
Paru- paru                    : tidak ada bunyi wheezing
                                        iv.         Perkusi
Cek Ginjal                   : tidak ada nyeri ketuk


BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
Memahami Osteoporosis dan Program Tindakan.
a.       Ajarkan pada klien tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya oeteoporosis.
b.      Anjurkan diet atau suplemen kalsium yang memadai.
c.       Timbang Berat badan secara teratur dan modifikasi gaya hidup seperti  Pengurangan kafein, sigaret dan alkohol, hal ini dapat membantu mempertahankan massa tulang.
d.      Anjurkan Latihan aktivitas fisik yang mana merupakan kunci utama untuk menumbuhkan tulang dengan kepadatan tinggi yang tahan terhadap terjadinya oestoeporosis.
e.       Anjurkan pada lansia untuk tetap membutuhkan kalsium, vitamin D, sinar matahari dan latihan yang memadai untuk meminimalkan efek oesteoporosis.
f.       Berikan Pendidikan pasien mengenai efek samping penggunaan obat. Karena nyeri lambung dan distensi abdomen merupakan efek samping yang sering terjadi pada suplemen kalsium, maka pasien sebaiknya meminum suplemen kalsium bersama makanan untuk mengurangi terjadinya efek samping tersebut. Selain itu, asupan cairan yang memadai dapat menurunkan risiko pembentukan batu ginjal.
g.      Bila diresepkan HRT, pasien harus diajar mengenai pentingnya skrining berkala terhadap kanker payudara dan endometrium.
Meredakan Nyeri
a.       Peredaaan nyeri punggung dapat dilakukan dengan istirahat di tempat tidur dengan posisi telentang atau miring ke samping selama beberapa hari.
b.      Kasur harus padat dan tidak lentur.
c.       Fleksi lutut dapat meningkatkan rasa nyaman dengan merelaksasi otot.
d.      Kompres panas intermiten dan pijatan punggung memperbaiki relaksasi otot.
e.       Pasien diminta untuk menggerakkan batang tubuh sebagai satu unit dan hindari gerakan memuntir.
f.       Postur yang bagus dianjurkan dan mekanika tubuh harus diajarkan. Ketika pasien dibantu turun dari tempat tidur,
g.      Pasang korset lumbosakral untuk menyokong dan imobilisasi sementara, meskipun alat serupa kadang terasa tidak nyaman dan kurang bisa ditoleransi oleh kebanyakan lansia.
h.      Bila pasien sudah dapat menghabiskan lebih banyak waktunya di luar tempat tidur perlu dianjurkan untuk sering istirahat baring untuk mengurangi rasa tak nyaman dan mengurangi stres akibat postur abnormal pada otot yang melemah.
i.        Opioid oral mungkin diperlukan untuk hari-hari pertama setelah awitan nyeri punggung. Setelah beberapa hari, analgetika non – opoid dapat mengurangi nyeri.
Memperbaiki Pengosongan Usus.
Konstipasi merupakan masalah yang berkaitan dengan imobilitas, pengobatan dan lansia.
a.       Berikan diet tinggi serat.
b.      Berikan tambahan cairan dan gunakan pelunak tinja sesuai ketentuan dapat membantu atau meminimalkan konstipasi.
c.       Pantau asupan pasien, bising usus dan aktivitas usus karena  bila terjadi kolaps vertebra pada T10-L2, maka  pasien dapat mengalami ileus.
Mencegah Cedera.
a.       Anjurkan melakukan Aktivitas fisik secara teratur hal ini sangat penting untuk memperkuat otot, mencegah atrofi dan memperlambat demineralisasi tulang progresif.
b.      Ajarkan Latihan isometrik, latihan ini dapat digunakan untuk memperkuat otot batang tubuh.
c.       Anjurkan untuk  Berjalan, mekanika tubuh yang baik, dan postur yang baik.
d.      Hindari Membungkuk mendadak, melenggok dan mengangkat  beban lama.
e.       Lakukan aktivitas pembebanan berat badan Sebaiknya dilakukan di luar rumah di bawah sinar matahari, karena sangat diperlukan untuk memperbaiki kemampuan tubuh menghasilkan vitamin D.
Pertimbangan Gerontologik.
a.       Lansia  sering jatuh sebagai akibat dari bahaya lingkungan, gangguan neuromuskular, penurunan sensor dan respons kardiovaskuler dan respons terhadap pengobatan. Bahaya harus diidentifikasi dan dihilangkan. Supervisi dan bantuan harus selalu tersedia.
b.      Pasien dan keluarganya perlu dilibatkan dalam perencanaan asuhan berkeseimbangan dan program penanganan pencegahan.
c.       Lingkungan rumah harus dikaji mengenai adanya  potensial bahaya (mis. Permadani yang terlipat, ruangan yang berantakan, mainan di lantai, binatang piaraan dibawah kaki) dan diciptakan lingkungan yang aman (mis. Anak tangga dengan penerangan yang memadai dengan pegangan yang kokoh, pegangan di kamar mandi, alas kaki dengan ukuran pas).
1.      EVALUASI
1.      Mendapatkan pengetahuan mengenai osteoporosis dan program penanganannya.
                                                                             i.      Menyebutkan hubungan asupan kalsium dan latihan terhadap massa tulang
                                                                           ii.      Mengkonsumsi kalsium diet dengan jumlah yang mencukupi
                                                                         iii.      Meningkatkan tingkat latihan
                                                                         iv.      Menggunakan terapi hormon yang diresepkan
2.      Mendapatkan peredaan nyeri
                                                                             i.      Mengalami redanya nyeri saat beristirahat
                                                                           ii.      Mengalami ketidaknyamanan minimal selama aktifitas kehidupan sehari-hari
                                                                         iii.      Menunjukkan berkurangnya nyeri tekan pada tempat fraktur
3.      Menunjukkan pengosongan usus yang normal
                                                                             i.      Bising usus aktif
                                                                           ii.      Gerakan usus teratur
4.      Tidak mengalami fraktur baru
                                                                             i.      Mempertahankan postur yang bagus
                                                                           ii.      Mempergunakan mekanika tubuh yang baik
                                                                         iii.      Mengkonsumsi diet seimbang tinggi kalsium dan vitamin D
                                                                         iv.      Rajin menjalankan latihan pembebanan berat badan (jalan-jalan setiap hari)
                                                                           v.      Istirahat dengan berbaring

BAB V
PENUTUP
4.1.  Kesimpulan
Banyak lansia yang tidak terpenuhi asupan kalsiumnya, sebagian besarnya berada pada tingkat resiko tinggi osteoporosis. Terdapat hubungan yang bermakna antara asupan kalsium dengan tingkat resiko osteoporosis
4.2.  Saran
4.2.1.      Kepada Lansia
Agar dapat memodifikasi pola hidup lansia dengan cara memperhatikan
asupan zat gizi utama bagi kualitas tulang (asupan kalsium dan vitamin D),
mendapat paparan sinar UVB, olahraga teratur, penghentian kebiasaan
merokok, mengurangi konsumsi kopi sehingga dapat mengurangi angka
morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi penyakit ini.
4.2.2.      Kepada Teman Sejawat
Mari berikan asuhan terbaik kepada lansia wanita dan anjurkan kaum wanita untuk mencegah penyakit kanker dan osteoporosis.


DAFTAR PUSTAKA
1.      Compston,Juliet.2002.Bimbingan Dokter Pada Osteoporosis.Jakarta:Dian Rakyat.
2.      Junaidi,Iskandar.2007.Osteoporosis.Jakarta:Gramedia.
3.      Muda,Iskandar,dkk.2012. Gambaran Perilaku Keluarga Tentang Pencegahan Osteoporosis Pada Lansia. Diunggah pada tanggal 17 April 2013 dari http://repository.unri.ac.id/bitstream/123456789/1848/1/BURNING.pdf%20a.pdf
4.      Sain,Iwan.2011. Askep Pada Klien Dengan Gangguan Metabolisme Tulang : Osteoporosis.
5.      Widya,Febri. 2010. Penelitian Hubungan Faktor-Faktor Resiko Osteoporosis Dengan Tingkat Resiko Osteoporosis Pada Lansia Di Pstw Sabai Nan Aluih Sicincin Padang Pariaman Tahun 2010. Padang: Fakultas Keperawatan Universitas Andalas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar